Budaya NU adalah tradisi yang berkembang di tengah masyarakat, kata Agus Sunyoto, Wakil Ketua Pengurus Pusat Lesbumi NU (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia ) saat berada di beranda NU Online, Gedung PBNU lt.5, Jakarta, Selasa (17/4) lalu.
Tradisi keagamaan semacam yasinan, tahlilan, kenduren, itulah ciri khas NU. Tradisi yang berkembang di masyarakat adalah karakter Islam Nusantara. Karakter dan praktik yang dilakukan umat Islam di Nusantara itulah ciri khas keagamaan NU.
Masyarakat misalnya tiap Kamis, mengadakan tradisi yasinan. Tradisi yasinan ini dihadiri oleh siapa saja. Mereka yang bisa membaca tulisan Arab atau tidak, tetap menghadiri upacara yasinan.
NU adalah organisasi keislaman yang berakar pada akidah Ahlussunnah wal Jama‘ah-nya Imam Asy‘ari dan Maturidi. Teologi bercorak Asy‘arian dan Maturidian ini cenderung mengakomodir tradisi keagamaan yang berkembang di tengah masyarakat. Tradisi keagamaan yang antara lain upacara tahlilan, yasinan, kenduren, dan hadiyah doa, mendapat tempat tersendiri dalam teologi keduanya.
Agus Sunyoto adalah penulis ‘Suluk Abdul Jalil, Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar’ yang berjilid-jilid. Bukunya ini termasuk buku best-seller yang terus mengalami cetak ulang. Bukunya yang akhir-akhir ini naik cetak adalah ‘Walisongo, Rekonstruksi Sejarah Yang disingkirkan’ terbit 2011.
Ia menegaskan bahwa banyak sekali orang-orang yang tidak bisa membaca tulisan Arab surat Yasin, tetapi hafal surat Yasin. Mereka hafal karena surat Yasin dibaca rutin di kampung-kampung tiap Kamis. Mereka pada giliran tertentu menjadi hafal surat Yasin itu. Umat Islam Nusantara pun yakin bahwa orang yang melantunkan surat Yasin akan mendapatkan catatan istimewa di sisi Tuhan seru sekalian alam.
Redaktur: A. Khoirul Anam http://www.nu.or.id
Post a Comment